Mentari pagi dengan udara hangat mengiringi langkahnya. Bertamu dari desa ke desa, berkeliling dari pintu ke pintu, menyapa dari hati ke hati adalah aktivitasnya akhir-akhir ini. Tubuhnya tinggi dan berisi, peci hitam khas nahdliyin tak pernah lepas dari kepalanya, senyuman yang selalu hadir diwajahnya kala berjumpa siapapun mencerminkan seseorang yang sangat bersahabat. Usianya sudah tak muda lagi, lebih setengah abad. Namun semangatnya agar terus bermanfaat untuk orang lain tak lekang dimakan waktu.
Nama aslinya Umar Syah, namun karena kerap menjadi penyambung lidah antara para pamong desa dengan pemerintah pusat, maka ia sering dipanggil Bapak Duta Pamong Desa. Pak DPD begitu sapaan akrabnya, adalah putra daerah Lampung, ia lahir di Kota Metro.
Di desa tempat tinggalnya, sudah menjadi suatu tradisi jika seseorang ingin merubah nasib dan sukses maka solusinya adalah merantau. Cita-cita yang tinggi mendorong Umar Syah mengadu nasib ke Jakarta, hingga saat ini ia menjabat sebagai Ketua Bidang Ekonomi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Setelah kenyang makan asam garam di negeri orang, kini saatnya Cah Metro ini pulang kampung. Pulangnya anak rantau ini tentu tidak dengan tangan kosong. Ratusan miliar program pemerintah pusat di bidang pertanian ia bawa pulang. Ia persembahkan sebagai cindra mata bagi para petani, pekebun, dan nelayan Lampung.
Sinergitas antara PBNU dengan pemerintah pusat dibawah komando Presiden Joko Widodo, membuat dirinya kerap mendapatkan tugas pulang ke Lampung, mendistribusikan program-program kerja pemerintah pusat, menyukseskan Nawacita swasembada pangan.
Umar Syah menjelaskan, dalam menyejahterakan petani, pekebun dan nelayan, pemerintah pusat telah berperan maksimal. Untuk Lampung, dirinya mendapatkan tugas dari PBNU melalui Kementerian Pertanian mendistribusikan 20 traktor roda empat, 30 traktor roda dua, 130 ton bibit jagung. Bibit tersebut untuk penanaman 30 ribu hektare lahan pertanian.
“Yang sudah berjalan yakni bantuan bibit jagung untuk lahan seluas 9200 hektare di Pesawaran dan 5000 hektare di Tulangbawang Barat. Terkait paska panen, Lampung juga mendapatkan bantuan 30 unit dryer (pengering). Insyaallah akan direalisasikan pada september 2018 ini. Kita juga akan menyerap hasil panen dengan harga sewajarnya, yakni Rp3100/kg. Kita juga akan memfasilitasi petani mendapatkan KUR,” paparnya.
Menurut Bang Umar alias Pak DPD, saat melaksanakan tugas tersebut lah ia kerap berkeliling ke seluruh penjuru Lampung. Di sana, ia masih menjumpai petani yang mengalami gagal panen. Ia masih menjumpai petani yang diperas tengkulak. Ia masih menjumpai petani yang kesulitan mendapatkan pupuk. Ia masih menjumpai petani yang hasil panennya dibeli dengan harga murah. Ia masih menjumpai petani yang minim peralatan kerja.
“Masih banyak petani yang membutuhkan dukungan. Masalah-masalah yang dihadapi petani itulah yang membuat saya ingin berbuat lebih. Berjuang bersama, agar petani Lampung sejahtera,” harap Bang Umar Syah.
Hari ini, untuk ke tiga kalinya Allah pertemukan saya dengan Bang Umar Syah, tepatnya di kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Provinsi Lampung. Didampingi Mantan Ketua PWNU Lampung Kiayi Soleh Bajuri dan Ketua PWNU Pesawaran Gus Salamu Solikhin, Bang Umar Syah resmi mendaftarkan diri sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) ke KPUD Lampung.
“Tujuan saya bukan hanya menjadi pemenang, tapi membangun kebersamaan. Kebersamaan adalah kunci kemajuan Lampung dalam segala hal. DPD RI adalah lembaga pemerintahan yang tak terikat Parpol, Insya Allah saya yakin bisa memberikan resonansi menjawab kebutuhan masyarakat dalam hal percepatan pembangunan. Memperkuat kelembagaan DPD RI sebagai penghubung antara daerah dan pusat,” urainya penuh komitmen.
Mentari bertambah tinggi. Bersama para kiayi dan pasukan tempurnya, Bang Umar Syah memacu kuda besi meninggalkan kantor KPU Lampung. Pak DPD ini akan kembali beraktivitas, berkeliling dari pintu ke pintu, dari lembah ke lembah, dari gunung ke gunung, menebar manfaat bagi petani, pekebun dan nelayan.
Meski sudah lebih setengah abad, tak ada guratan-guratan tua di mukanya. Semangat untuk menebar manfaat bagi orang lain telah menghapus lelahnya.
Bersambung ………………
Penulis: Erlan Heryanto