Bandar Lampung (biinar.com)- Peduli terhadap keberlanjutan lingkungan sama dengan menghargai dan menjaga masa depan negara. Menjaga kelestarian alam bisa dimulai dengan peka terhadap lingkungan sekitar.
Hal tersebut dilakukan Shinta Adelia Sukma, mahasiswi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung (Unila) yang turut andil melindungi alam dengan mengikuti program Young South East Asian Leaders Initiative (YSEALI) di University of Montana, Amerika Serikat.
YSEALI merupakan program pertukaran budaya dari pemerintah Amerika yang dapat diikuti individu berusia 18 hingga 35 tahun untuk memperkuat kerja sama dengan para pemimpin baru di Asia Tenggara, khususnya di kawasan ASEAN, dalam memperluas keterampilan sebagai pemimpin.
Mahasiswi yang akrab disapa Adel ini mengikuti program YSEALI pada kategori Academic Fellowship Program selama lima minggu di Amerika, dengan berbagai kegiatan seperti pelatihan kepemimpinan, kunjungan lapangan, diskusi, kegiatan sukarela di komunitas lokal, serta mempelajari budaya di Amerika Serikat.
“Proses pendaftaran melalui dua tahap, yakni seleksi administrasi dengan menjawab pertanyaan di formulir Google, membuat esai, menyerahkan sertifikat bahasa seperti IELTS dan TOEFL jika ada, dan surat rekomendasi. Tahap kedua adalah wawancara,” jelas Adel saat diwawancarai Sabtu, 13 Juli 2024.
Sejak sekolah menengah atas, Adel memiliki impian untuk berkuliah di luar negeri hingga memutuskan mengambil jurusan hubungan internasional pada jenjang sarjana. Seperti gayung bersambut, akhirnya ia mendapat program ini sebagai jembatan menuju mimpi besarnya.
Pada tahun 2023, Adel mulai terjun ke dunia lingkungan dengan mengikuti SNV Netherlands Development Organization, terlibat dalam berbagai proyek, dan bergabung dengan komunitas pemuda peduli sanitasi, Youth Sanitation Concern (YSC). Selain itu, Adel juga pernah menjadi peserta 10th Water Forum Bali 2024.
Mengetahui passion yang cocok sangat diperlukan sebelum mendaftar YSEALI. Program ini menyediakan wadah tidak hanya untuk pengembangan lingkungan, tetapi juga pengembangan ekonomi dan sosial sehingga peserta dapat memilih fokus program. Selain itu, esai yang menarik dan wawancara yang jujur dapat membantu penilaian.
Adel berpesan untuk jangan pernah berhenti mencoba, habiskan jatah gagal di usia muda, karena setelah melewatinya, barulah akan mengetahui kesalahan yang nantinya menjadi bibit keberhasilan. Dobrak pintu ketakutan terlebih dahulu dan jangan terlalu memikirkan hasilnya.
“Aku berharap dengan program YSEALI, banyak pemuda Indonesia lebih terlibat dalam kegiatan ini dan menjadi pemimpin muda di kawasan Asia Tenggara yang memberikan perubahan dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar, nasional, dan internasional,” pungkas mahasiswi HI Unila tersebut.