Bandar Lampung – Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo menilai Film berjudul “22 Menit” memiliki poin yang sangat baik untuk direnungkan bersama bahwasannya ancaman terorisme itu nyata dan selalu ada di sekitar kita. Gubernur berharap film ini dapat ditonton masyarakat luas.
“Film ini merupakan karya yang sangat baik dan bagus serta digarap secara modern mendekati film luar negeri lainnya. Film ini juga menjelaskan bahwa ancaman terorisme itu nyata, dan tingkat keamanan aparatur kita mencapai titik yang cukup baik, namun kewaspadaan harus tetap dijaga,” ujar Gubernur Ridho Ficardo usai menonton film berjudul “22 Menit” bersama Kapolda Lampung Suntana dan Forkopimda Provinsi Lampung, di Theater 1 Bioskop XXI the Premiere Mall Kartini, Bandar Lampung, Kamis (19/7/2018).
Dari film tersebut, Gubernur Ridho menilai polisi telah mengambil langkah cepat dalam mengatasi ancaman terorisme dan telah terdokumentasikan dengan baik pada film tersebut. “Dari sisi penindakan sudah cukup baik, namun tentunya pencegahan deteksi dini tetap harus diperkuat,” jelas Gubernur Ridho. Ia menuturkan pencegahan juga dilengkapi dengan peralatan terbaru sebagai upaya menangani radikalisme dan terorisme.
Lebih lanjut, Gubernur Ridho berharap film ini dapat ditonton banyak masyarakat, karena film ini mengingatkan bahwa ditengah kebhinekaan kita terdapat kelompok kecil yang dapat mengoyak kebhinekaan kita. “Hal ini harus menjadi upaya kita bersama untuk mengentaskannya, seperti memunculkan dan meningkatkan kewaspadaan dini, mengantisipasi, dan menyampaikan kepada aparat berwenang apabila terdapat radikalisme dan terorisme,” Harap Gubernur Ridho.
Disisi lain, Gubernur Ridho mengungkapkan perlunya meningkatkan keimanan untuk mengantisipasi hal tersebut. “Semua tokoh masyarakat, terutama tokoh agama harus meluruskan adanya radikalisme, karena paham radikalisme adalah hal yang membahayakan bagi bangsa kita sebagai bangsa muslim yang menghargai kebhinekaan,” ujar Gubernur Ridho.
Lebih dari itu, Gubernur Ridho mengungkapkan terdapat adegan paling menyentuh dalam film tersebut. Ada beberapa sisi humanisme, dimana Kota Jakarta tergambar seperti Kota New York dengan seluruh warga dan kesibukannya masing-masing. “Ketika menghadapi serangan, mereka menyikapinya dengan cara yang berbeda. Namun pada akhirnya, dengan apapun strata kehidupan, ketika menghadapi masalah bangsa, kita berada pada posisi yang sama sebagai warga negara Indonesia. Maka itulah muncul hastag “kami tidak takut”,” ungkapnya.
Sementara itu, Kapolda Lampung Suntana mengungkapkan bahwa film tersebut menceritakan keadaan yang sebenarnya. “Kejadiannya memang hampir seperti itu. Dan saya berada di TKP ketika selesai ledakan bersama polisi yang lainnya,” ujar Kapolda Suntana. (Humas Prov)