Bandar Lampung – Penggusuran bekas Pasar Griya Sukarame memakan korban. Seorang mahasiswa patah kaki saat membantu warga mencoba menghalangi aksi represif Satpol PP Pemkot Bandar Lampung kala melakukan eksekusi, Jumat pagi (20/7).
Dilansir dari Kantor Berita Rakyat Merdeka Online (RMOL), Satpol PP yang mengawal eskavator merangsek kerumunan warga dan para aktivis. Mereka saling dorong bahkan saling pukul. Satpol PP mengamankan beberapa warga.
Bahkan, ada seorang aktivis mahasiswa UIN Raden Intan mengalami patah kaki. “Pemkot Bandar Lampung melakukan kekerasan dalam upaya penggusuran,” ujar Rynado Sitanggang.
Warga gagal mempertahankan lokasinya. Eskavator yang dikawal Satpol PP menjebol blokade dan pagar betis warga. Eskavator meratakan beberapa bangunan yang ada di lokasi tersebut.
Banyak warga yang mengalami luka-luka akibat berusaha mempertahankan permukimannya. Sejak pagi, warga sudah memblokade jalan dengan berbagai benda.
Mereka juga membuat pagar betis. Para aktivis yang tergabung dalam Komite Tolak Penggusuran (KTP) orasi mengecam upaya penggusaran tersebut.
Pekan lalu, Jumat (12/7), eskavator yang dikawal Satpol PP gagal menggusur permukiman yang dihuni 44 KK tersebut. Warga dan para aktivis ) membuat pagar betis.
Rencana Pemkot Bandar Lampung, di lokasi tersebut, akan menbangun Kantor Kejaksaan Kota Bandar Lampung. Warga yang sudah menghuni puluhan tahun keberatan lahan tersebut dialihfungsikan begitu saja.
YLBHI-LBH Bandar Lampung mengecam upaya main gusur Pemkot Bandar Lampung terhadap bekas Pasar Griya Sukarame. Di bekas pasar tersebut, ada 44 KK yang telah menempatinya 20 tahunan. (net/red)