Bandarlampung (biinar.com) – Gubernur Lampung Arinal Djunaidi mengatakan akibat musim kemarau munculkan potensi kehilangan produksi gabah kering panen (GKP) di Lampung sekitar 1.954 ton.
“Pertanaman padi di Lampung saat ini memang masih ada yang menanam, tapi ada juga yang terdampak kekeringan,” ujar Arinal Djunaidi di Bandarlampung, Kamis.
Ia mengatakan dengan adanya kekeringan akibat fenomena iklim El Nino diperkirakan potensi kehilangan produksi padi di daerahnya hanya 1.954 ton gabah kering panen (GKP).
“Prediksi kehilangan produksi gabah kering panen atas adanya dampak El Nino beberapa waktu ini adalah 1.954 ton, dari total produksi Lampung sebanyak 2,1 juta ton,” katanya.
Ia menjelaskan lahan pertanaman padi yang terdampak kekeringan sampai dengan akhir Agustus 2023 total berjumlah 765 hektare yang terkena kekeringan dan 93 hektare yang mengalami puso.
“Ini ada di beberapa daerah seperti di Kabupaten Lampung Barat yang terkena kekeringan ada 118 hektare dengan kehilangan produksi 168 ton, Lampung Selatan terkena kekeringan 205 hektare, yang puso 2 hektare sehingga kehilangan produksi 378 ton gabah kering panen,” ucapnya.
Selanjutnya di Kabupaten Lampung Timur lahan pertanian yang kekeringan ada 68 hektare dengan kehilangan produksi 93 ton GKP, Waykanan ada 45 hektare yang terkena kekeringan dengan gabah kering giling yang gagal panen sebanyak 58 ton, Tulang Bawang yang mengalami kekeringan ada 135 hektare dengan 85 hektare puso sehingga dampak gagal panen mencapai 884 ton GKP.
Lalu Kabupaten Pesawaran sawah yang terkena kekeringan ada 120 hektare dan 5 hektare mengalami puso sehingga gagal panen mencapai 245 ton GKP, di Pringsewu ada 49 hektare sawah yang kekeringan dan 1 hektare puso sehingga produksi padi hilang sebanyak 92 ton, serta di Pesisir Barat ada 25 hektare kekeringan dan dampak gagal panen berjumlah 36 ton gabah kering panen.
“Oleh karena itu pemerintah daerah telah meningkatkan kesiapan dalam penangan dampak El Nino dengan melakukan beberapa hal, seperti melakukan bimbingan dan pengawalan dalam percepatan tanam serta optimalisasi lahan tadah hujan,” ujar dia.
Kemudian pemilihan komoditas, ataupun varietas toleran dengan kekeringan, dan waktu tanam yang tepat. Melakukan identifikasi permasalahan dan sumber daya air, penggunaan bahan organik untuk memperbaiki struktur tanah, mengurangi penggunaan pestisida.
“Lalu secara bersama-sama memanfaatkan agen hayati untuk mengatasi organisme pengganggu tanaman (OTP) yang timbul saat musim kemarau, dan mendorong petani di wilayah rawan kekeringan agar mendaftar asuransi usaha tani petani. Kehilangan produksi yang terjadi tidak terlalu banyak bila dibandingkan total produksi sehingga langkah-langkah pencegahan dampak El Nino ini akan diintensifkan agar tidak mengganggu ketahanan pangan Lampung,” tambahnya.(Naz)