Pesawaran – Calon gubernur (Cagub) Lampung nomor urut 1 M.Ridho Ficardo mendapatkan gelar kehormatan Sutan Haluan Marga dari sesepuh adat Ajang Saibatin. Gelar tersebut berdasarkan hasil musyawarah 10 kebandaran dengan 96 penyimbang adat, Selasa (19/6).
Ketua Ajang Saibatin Kabupaten Pesawaran Firman Rusli gelar Paduka Minak Mangku Batin yang membacakan hasil rapat tersebut mengatakan bahwa ada makna dari pemberian gelar tersebut. Dengan kemampuannya selama tiga tahun terakhir menjadi Gubernur Lampung, Ridho Ficardo mampu mengubah Pesawaran menjadi lebih baik.
“Untuk saat ini dan seterusnya, Bapak Muhammad Ridho Ficardo akan kami panggil dengan gelar Sutan Haluan Marga,” kata Firman dalam acara yang digelar di kediaman tokoh Pesawaran M Alzier Dianist Thabranie gelar Sang Putra Fajar tersebut.
Firman mengatakan, dengan pemberian gelar ini, maka niat, ucapan, dan tindakan harus dibuktikan. Para penyimbang adat harus menyampaikan ini ke khalayak ramai supaya pembangunan berkelanjutan.
“Selain itu, bapak gubernur (Ridho) dapat diberi kesehatan dan kemampuan untuk terus membangun Lampung. Serta daya ingat kepada masyarakat Pesawaran,” ucap Firman.
Ridho berterimakasih atas pemberian gelar tersebut. “Nama itu mengandung arti, pesan, dan makna tersirat. Maka, saya akan berikan haluannya,” ucap Ridho.
Dia memaparkan, sejak awal menjabat gubernur pada 2014, Ridho mulai membenahi infrastruktur, termasuk di Pesawaran. Sebagai langkah awal, dia membenahi jalan provinsi yang sudah belasan bahkan puluhan tahun tidak diperbaiki. Menurut dia, jalan mulus akan meningkatkan pendapatan masyarakat, termasuk petani yang dapat memangkas biaya distribusi lebih murah. Jalan yang bagus juga akan membuat kondisi keamanan lebih baik.
“Kita akan teruskan perbaikan jalan. Tahun ini, dianggarkan Rp60 miliar untuk jalan Kedondong-Punduh. Dengan jalan yang lebih baik, maka silaturahmi marga bisa lebih cepat,” ucapnya.
Jalan yang bagus akan mempermudah masyarakat untuk nemui nyimah (berperilaku yang sopan santun, bermurah hati, serta ramah tamah terhadap semua pihak yang datang) sesuai falsafah hidup orang Lampung. Karena memang masyarakat Lampung bukan tipe individualistis.
Selain itu, sambung Ridho, orang Lampung juga memiliki kemampuan nengah nyappur (sikap suka bergaul, suka bersahabat dan toleran antarsesama). Namun, Ridho mengatakan bahwa terkadang masih ada masyarakat yang lupa bersakai sambaiyan (tolong menolong dan gotong royong).
“Sebagai orang Lampung, kita harus bergotong royong, dimanapun posisi kita untuk memajukan provinsi kita, kabupaten kita. Semuanya untuk kehidupan kita agar lebih baik. Untuk piil pesinggiri, martabat orang Lampung. Jangan sampai kita terganggu terhadap ancaman dari pihak yang ingin mengecilkan orang Lampung,” ucapnya.