Bandar Lampung – Dalam upaya mendukung peningkatan rasio kewirausahaan nasional, Kementerian Koperasi dan UKM melakukan kerja sama dengan Universitas Lampung untuk mengembangkan wirausaha di Provinsi Lampung melalui program sentra inovasi dan inkubasi bisnis.
Dalam kerja sama ini, KemenKopUKM memberikan bantuan sebesar Rp549,8 juta untuk menginkubasi 40 tenant UMKM di Unila dan juga bantuan wirausaha pemula masyarakat Provinsi Lampung sebesar Rp135 juta dengan jumlah penerima 23 orang di beberapa Kabupaten Lampung. Secara total, bantuan yang diberikan oleh KemenKopUKM mencapai Rp684,8 juta.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, saat ini rasio kewirausahaan Indonesia baru mencatatkan angka 3,47% dari total populasi di Indonesia. Menurutnya, angka ini masih terpaut jauh dari negara lain seperti Singapura yang sudah mencatatkan rasio kewirausahaan sebesar 8,9%, Malaysia 4%, Thailand 4% dan negara maju sudah mencapai 12%.
“Target kita, ingin menambah jumlah wirausaha dan untuk menjadi negara maju (rasio kewirausahaan) itu 4%. Saya kira, Indonesia oleh semua lembaga dunia diprediksi di 2045 itu kita punya potensi jadi negara maju. Karena itu kita harus bekerja keras menghadirkan wirausaha baru sampai 4%,” ungkapnya dalam acara Penyerahan Bantuan Fasilitasi Pengembangan Inkubator di Universitas Lampung, Bandarlampung, Rabu (8/9).
Menurut Teten, pemerintah saat ini telah mengubah pendekatan pendampingan UMKM dan koperasi dari pendekatan birokrasi ke pendekatan profesional atau bisnis. Karena itu, inkubator bisnis baik itu swasta atau kampus bisa menjadi bagian yang sangat penting sebagai upaya untuk membina dan mengembangkan UMKM.
“Kami ingin UMKM kita bisa menyaingi UMKM luar negeri. Karena itu, kita membidik wirausaha muda yang berlatar belakang pendidikan baik seperti di kampus untuk kita lahirkan, bina dan besarkan untuk menjadi wirausaha. Jadi saya kira peran inkubator bisnis di kampus jadi sangat penting. Karena itu kami senang sekali bisa kerja sama dengan Unila,” ujar Teten.
Lebih lanjut, untuk mengembangkan usaha yang berkelanjutan di Provinsi Lampung, Teten mendorong para pelaku UMKM untuk mengembangkan komoditas unggulan di Lampung. Dengan demikian, Provinsi Lampung akan memiliki ciri khas tersendiri dan menjadi faktor pembeda dibandingkan dengan daerah lainnya.
Selain itu, Teten juga menegaskan bahwa pihaknya memiliki program besar untuk mendorong UMKM Indonesia menjadi bagian rantai pasok industri nasional seperti UMKM di Jepang, Korea Selatan dan Tiongkok, di mana UMKM di sana menjadi bagian dari sistem produksi industri.
“Jadi bukan lagi UMKM sendiri dan industri sendiri. Kalau begini, akhirnya UMKM harus kompetisi dengan usaha besar dan pasti kalah. Kalau kita integrasikan UMKM dengan industri besar dengan ekosistem kemitraan saya rasa akan berjalan beriringan. Jadi industrinya besar, UMKM-nya juga pasti akan ikut ditarik menjadi besar,” tegasnya.
Menurut Teten, saat ini baru 4,1% UMKM di Indonesia yang dapat terhubung ke rantai pasok industri, menurutnya angka tersebut masih sangat kecil dan harus diperbesar lagi ke depannya.
“Karena itu, saya kira Unila bisa menjadi inkubator bisnis yang menyiapkan UMKM masa depan yang berbasis pada produk kreatifitas dan inovasi teknologi,” ujar Teten. (rls/red)